BALIKPAPANPOS.COM – Di Kabupaten Asmat, Papua, masalah stunting, atau kekurangan gizi kronis yang menghambat pertumbuhan anak, menjadi isu serius. Berdasarkan data orientasi penguatan pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM), angka stunting di Asmat mencapai 26,4% pada tahun 2024, dengan 1.080 dari 4.085 balita yang diukur mengalami stunting.
Rincian Data Stunting di Asmat:
– Puskesmas Kamur: 98 dari 417 balita.
– Puskesmas Primapun: 108 dari 267 balita.
– Puskesmas Basim: 126 dari 317 balita.
– Puskesmas Atsy: 173 dari 534 balita.
– Puskesmas Binam: 86 dari 299 balita.
– Puskesmas Ayam: 38 dari 144 balita.
– Puskesmas Agats: 169 dari 1.050 balita.
– Puskesmas Sawaerma: 17 dari 223 balita.
– Puskesmas Tomor: 52 dari 194 balita.
– Puskesmas Unir Sirau: 91 dari 187 balita.
– Puskesmas Nakai: 43 dari 179 balita.
– Puskesmas Mumugu: 30 dari 69 balita.
– Puskesmas Bayun: 49 dari 205 balita.
Penyebab dan Tantangan:
Menurut Darman, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, penyebab tingginya angka stunting di wilayah ini sangat kompleks. Faktor-faktor seperti akses terbatas ke makanan bergizi, fasilitas kesehatan yang minim, serta pengetahuan yang rendah tentang gizi berkontribusi pada masalah ini. Infrastruktur yang tidak memadai juga menyulitkan distribusi pangan sehat, terutama di daerah yang hanya dapat diakses melalui jalur air.
“Setengah dari anak-anak kami tidak bisa dijangkau, dan biaya untuk menjangkau mereka sangat tinggi,” ujar Darman. Selain itu, kondisi tanah berlumpur dan air pasang menyulitkan penanaman sayur-sayuran, sementara masyarakat yang hidup nomaden sering kali bergantung pada makanan yang kurang gizi.
Upaya Mengatasi Stunting:
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah setempat telah meluncurkan program pemberian makanan bergizi untuk ibu hamil. Namun, tantangan muncul ketika ibu hamil membawa pulang makanan untuk keluarganya, mengabaikan asupan gizi mereka sendiri. “Kami minta ibu hamil makan di pos, tapi mereka sering membagikannya kepada keluarga,” kata Darman.
Anggaran dan Program:
Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat mengalokasikan sekitar Rp 15 miliar per tahun untuk mengatasi stunting. Dana ini digunakan untuk menyediakan makanan bergizi dengan biaya Rp 48.000 per porsi untuk anak-anak dan Rp 60.000 per porsi untuk ibu hamil. Makanan tersebut mencakup berbagai sumber gizi seperti ikan, ayam, telur, sayuran, dan susu sapi.
Darman menekankan perlunya kerja sama lintas sektor untuk menurunkan angka stunting di Asmat. Meskipun upaya sudah dilakukan, angka stunting tetap tinggi. “Kerja sama antar dinas memang diperlukan, namun angka stunting masih menjadi tantangan besar,” tambahnya.