BALIKPAPAN – Siswa tuna netra dari Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Balikpapan yang ikut Ujian Nasional mengeluh karena huruf dan angka braille pada soal ujian terlalu kecil. Mereka sedikit kesulitan dan perlu berhati-hati agar tidak salah saat membacanya.
“Tahun lalu huruf Brailenya lebih besar,” kata Kepala SLBN Balikpapan Mulyono, di Balikpapan, Kamis, terkait ujian nasional yang digelar 1-4 April 2019.
Menurut Mulyono seperti dilansir dari Antara, anak didiknya yang tuna netra tersebut membaca tulisan braille dengan ujung jari-jari mereka karena itu mereka sangat sensitif dengan ukuran huruf.
Huruf Braille adalah huruf timbul, berupa titik-titik dalam pola tertentu sebagai perwakilan huruf atau angka biasa. Cara menulis braille juga adalah dengan membuat lubang di kertas dengan menggunakan alat pemberi pola yang disebut riglet dan pelubangnya yang disebut stylus.
Akibat huruf di soal yang terlalu kecil itu, menurut Mulyono delapan siswa peserta ujian di SLBN Balikpapan didampingi oleh guru. Para guru membacakan soal-soal tersebut agar siswa tidak salah memahami soal.
Menurut Mulyono, karena itu juga dengan sendirinya para peserta memerlukan waktu lebih banyak. Sekolah pun memberi tambahan waktu 30 menit untuk setiap mata ujian.
Ujian untuk para siswa SLBN adalah Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika, dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Tentang penambahan waktu untuk siswa tunanetra, lanjut Mulyono, dilaporkan juga ke Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur. Ujian Nasional di SLBN Balikpapan diikuti 18 siswa. Selain 8 siswa tunanetra, ada 7 siswa tuna rungu dan 3 tuna daksa.
SLBN Balikpapan yang beralamat di Jalan Letkol Pol Asnawi Arbain di Sepinggan Raya menyelenggarakan pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMA. Pada tahun 2012, sekolah mendapatkan akreditasi A dari Kementerian Pendidikan.***