BALIKPAPANPOS.COM – Jusuf Hamka, seorang politisi Partai Golkar dan pengusaha sukses, baru-baru ini diumumkan sebagai bakal calon gubernur atau wakil gubernur dalam Pilkada Jakarta 2024. Berita tersebut disampaikan pada Kamis, 18 Juli 2024. Jusuf, yang dikenal sebagai Babah Alun, sebelumnya lebih dikenal sebagai bendahara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 dan sebagai pengusaha ketimbang politisi.
Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan
Jusuf Hamka lahir pada 5 Desember 1957, sebagai anak keempat dari tujuh bersaudara dalam keluarga Tionghoa terpelajar. Ayahnya, Dr. Joseph Suhaimi, adalah dosen di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, sedangkan ibunya, Suwanti Suhaimi, adalah seorang guru. Jusuf menghabiskan masa kecil di Pasar Baru, Jakarta Pusat, dan sering berjualan makanan ringan untuk membantu keluarga.
Pendidikan Jusuf meliputi Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Bisnis Administrasi di Columbia College (Kanada), dan Administrasi Negara di FISIP Universitas Jayabaya.
Perubahan Hidup dan Kegiatan Sosial
Pada 1981, Jusuf memeluk agama Islam di bawah bimbingan Buya Hamka, yang mengganti namanya menjadi Jusuf Hamka dan mengangkatnya sebagai anak. Jusuf dikenal sebagai pengusaha dengan portofolio yang mencakup pengelolaan beberapa ruas jalan tol. Meskipun kaya, ia dikenal karena kesederhanaannya dan tidak pernah pamer harta.
Jusuf juga dikenal karena keterlibatannya dalam kegiatan sosial, seperti menjual nasi kuning seharga Rp 3.000 untuk membantu orang miskin dan menyerahkan tanah untuk pemakaman pasien Covid-19.
Visi untuk Jakarta dan Hubungan Sosial
Dalam wawancara dengan Sheila Octarina, Jusuf Hamka menjelaskan visinya jika terpilih menjadi pemimpin Jakarta. Ia berencana untuk mendorong masyarakat menjadi pengusaha dan memperkuat koperasi lokal. Jusuf juga menekankan pentingnya pendidikan dan kesehatan untuk mengurangi ketergantungan pada pegawai negeri.
Jusuf Hamka juga mengungkapkan sikapnya terhadap hubungan sosial. Ia menekankan pentingnya sikap rendah hati dan berusaha menghindari musuh. Dalam hubungan agama, ia menghormati berbagai ulama dan belajar banyak dari mereka, termasuk Buya Hamka.
Pesan tentang Identitas dan Kesatuan
Jusuf Hamka, meskipun berasal dari etnis Tionghoa, sangat mencintai Indonesia. Ia menegaskan pentingnya persatuan dan kesatuan tanpa memandang ras. Jusuf percaya bahwa semua orang, terlepas dari latar belakang, harus bersatu membangun bangsa dan tidak terjebak dalam perpecahan.
“Sebagai orang Tionghoa, saya mencintai Indonesia dan tidak pernah memiliki tanah air lain. Saya hidup, besar, dan akan mati sebagai orang Indonesia,” tegasnya.